Talentlytica telah menganalisis 53.263 data asesmen potensi sepanjang tahun 2024, kami menghadirkan gambaran komprehensif mengenai profil pencari kerja di Indonesia. Data yang kami sajikan terbatas pada populasi data asesmen yang kami miliki dan tidak mewakili gambaran data pencari kerja Indonesia secara keseluruhan.
Salah satu fakta menarik yang Talentlytica temukan adalah Generasi Z memiliki pendekatan kerja yang sangat terstruktur dan sistematis. Data menunjukkan skor impresif 5.40 untuk tipe kerja terorganisir (Organized type) dan ketertarikan pada detail (Interest in working with details). Kecenderungan analitis mereka juga terlihat dari skor 4.98 untuk tipe teoritis (Theoretical type).

Temuan ini bertolak belakang dengan stereotip Gen Z yang sering dianggap kurang fokus dan mudah teralihkan. Justru, generasi digital ini menunjukkan preferensi terhadap sistem kerja yang terstruktur, perhatian terhadap detail, dan pendekatan analitis dalam menyelesaikan pekerjaan.
Lantas, bagaimana HR dapat mengoptimalkan kekuatan Gen Z untuk meningkatkan produktivitas dan inovasi di tempat kerja?
Terstruktur Dan Sistematis, namun Spontan Dan Fleksibel
Gambaran Gen Z yang selalu terstruktur dan sistematis yang didapatkan melalui data ini tentu valid namun perlu diperhatikan lebih lanjut. Gen Z mungkin menginginkan struktur dan keteraturan, tetapi belum tentu memiliki keterampilan atau disiplin untuk menerapkannya secara konsisten.
Meskipun familiar dengan teknologi dan informasi yang terorganisir, kenyataannya Gen Z juga dikenal dengan fleksibilitas dan spontanitasnya. Beberapa penelitian dan observasi di lapangan menunjukkan bahwa Gen Z terkadang dinilai masih kurang konsisten dalam menerapkan pola kerja terstruktur tersebut.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perbedaan antara preferensi dan kenyataan di lapangan. Hal ini didukung dengan karakteristik Gen Z yang cenderung mencari kepuasan instan dan mudah bosan (Dimock, 2019)12. Kondisi ini dapat menyebabkan mereka mengabaikan perencanaan jangka panjang dan beralih dari satu tugas ke tugas lain tanpa penyelesaian yang optimal.
Selain itu, lingkungan kerja juga berperan penting. Kurangnya bimbingan dan struktur yang jelas dari atasan dapat menyebabkan Gen Z kesulitan dalam mengatur pekerjaan dan prioritas (Bersin by Deloitte, 2014)13. Akibatnya, pola kerja mereka menjadi kurang sistematis dan terkesan sembarangan.
Menciptakan Sinergi Lintas Generasi
Kehadiran Gen Z di tempat kerja menawarkan peluang untuk menciptakan sinergi lintas generasi. Dengan memahami dan menghargai perbedaan gaya kerja masing-masing generasi, perusahaan dapat membangun tim yang kuat dan produktif.
Gen X, dengan pengalaman dan kemampuan leadership mereka, dapat menjadi mentor yang berharga bagi Gen Z.
Sementara itu, Gen Z, dengan keahlian teknologi dan perspektif yang fresh, dapat membantu perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan dan berinovasi. Kolaborasi yang efektif antara generasi dapat mendorong inovasi dan pertumbuhan (Zemke dkk., 2013)14.
Memahami Keunikan Gen Z: Melampaui Stereotip
Penting untuk diingat bahwa setiap individu adalah unik. Generalisasi tentang Gen Z, meskipun berdasarkan data asesmen Talentlytica, perlu diinterpretasikan dengan bijak. Tidak semua Gen Z memiliki gaya kerja yang persis sama. Ada variasi dan nuansa yang perlu diperhatikan. Sama sepertihalnya perbedaan variasi dan nuansa setiap orang di setiap generasi.
HR perlu melakukan pendekatan yang personal dalam mengembangkan dan memberdayakan karyawan Gen Z. Kenali kekuatan, kelemahan, dan preferensi masing-masing individu. Berikan kesempatan untuk belajar, berkembang, dan berkontribusi sesuai dengan potensi mereka.
Implikasi bagi Talent Management dan Rekomendasi
Memahami dualitas ini: antara preferensi terhadap struktur dan kecenderungan spontanitas, maka krusial bagi HR dalam merancang strategi talent management yang efektif untuk Gen Z. Lalu bagaimakah rekomendasi yang tepat untuk merancang strategi tersebut?
Yuk, temukan jawabannya dengan mengunduh e-book di bawah ini!
