Dari akhir Perang Dunia II hingga tahun 1970-an, 90% posisi kosong di perusahaan di isi melalui promosi dan penugasan karyawan pada departemen lain dalam satu organisasi (penugasan lateral). Sedangkan saat ini, angkanya kurang dari 30%. Survei dari Linkedin menunjukkan hanya 28% pemimpin talent acquisition yang menganggap kandidat internal sebagai sumber penting untuk mengisi kekosongan posisi. Mengapa?
Sejak gelombang restrukturisasi pada awal 1980-an, mencari bakat berpengalaman dari luar relatif lebih mudah. Menurut survei dari Society for Human Resource Management (SHRM), 71% responden mengatakan bahwa merekrut karyawan eksternal lebih efektif untuk mengisi kekosongan posisi kunci.
Perusahaan juga semakin mengandalkan teknologi dan platform rekrutmen online untuk menemukan bakat dari luar. Menurut survei LinkedIn, 95% pemimpin talent acquisition mengatakan bahwa teknologi telah membantu mereka merekrut karyawan yang lebih berkualitas.
Merekrut Talent masih menjadi kekhawatiran nomor satu CEO?
Survey CEO PwC 2017 melaporkan bahwa para CEO melihat ketidaktersediaan talent dan keterampilan menjadi ancaman terbesar bagi bisnis mereka. Walaupun saat ini perusahaan jauh lebih banyak merekrut karyawan dari eksternal dalam sejarah modern, tapi kenapa CEO tetap khawatir dan merasa kesulitan dalam merekrut tenaga kerja?
Masalah besar yang kita hadapi adalah kita tidak tahu apakah cara ini adalah cara yang benar-benar efektif dan memuaskan. Menurut Studi yang dilakukan oleh CEB menunjukkan bahwa banyak perusahaan yang belum memantau atau memprioritaskan evaluasi dan pengukuran dalam proses rekrutmen mereka. (Download Report untuk mengetahui data lebih lengkap)
Data Sensus dan Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan bahwa 95% dari merekrut dilakukan untuk mengisi posisi yang ada. Namun, sebagian besar kekosongan tersebut disebabkan karena perputaran sukarela (voluntary turnover).
Hal ini membuktikan, walaupun perusahaan merekrut lebih banyak tenaga kerja, belum tentu karyawan tersebut bertahan lebih lama dalam perusahaan tersebut. Tingkat turnover karyawan bisa jadi tinggi sehingga merekrut karyawan lebih banyak belum tentu menjadi solusi. Lalu bagaimana solusinya? Berikut beberapa solusi untuk mengatasi masalah dalam proses rekrutmen, di antaranya:
1. Mengukur performa karyawan
Perusahaan perlu mengukur performa karyawan agar bisa mengetahui kandidat yang terbaik. Perusahaan dapat melakukan penilaian kinerja secara teratur untuk mengetahui karyawan yang berkinerja baik dan yang tidak.
2. Membuat sistem pengukuran performa yang sederhana
Banyak perusahaan yang tidak mengukur performa karyawan karena merasa sulit. Oleh karena itu, perusahaan perlu membuat sistem pengukuran performa yang sederhana dan mudah dilakukan. Selain itu, perusahaan dapat meminta pendapat dari supervisor atau rekan kerja terkait performa karyawan.
3. Meningkatkan promosi internal
Perusahaan perlu mempromosikan karyawan internal agar mereka merasa dihargai dan memiliki peluang untuk berkembang karir. Selain itu, dengan meningkatkan promosi internal, perusahaan dapat mengurangi biaya untuk merekrut karyawan baru.
4. Membuat sistem rekrutmen yang transparan
Perusahaan perlu membuat sistem rekrutmen yang transparan dan terbuka agar calon karyawan merasa nyaman dan tidak merasa ada diskriminasi. Selain itu, perusahaan juga perlu menyediakan informasi yang cukup mengenai posisi yang ditawarkan dan syarat-syarat yang dibutuhkan.
5. Meningkatkan retensi karyawan
Salah satu cara untuk meningkatkan retensi karyawan adalah dengan memberikan peluang pengembangan karir dan pelatihan yang cukup. Selain itu, perusahaan juga perlu memperhatikan lingkungan kerja dan budaya perusahaan untuk meningkatkan kepuasan karyawan.
Meningkatkan Efisiensi dan Objektivitas Perekrutan Karyawan dengan Teknologi
Dalam era digital ini, teknologi dan data telah menjadi hal yang sangat penting untuk membantu perusahaan mencapai tujuannya. Oleh karena itu, perusahaan yang ingin tetap bersaing dan sukses di masa depan harus mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pendekatan mereka dalam perekrutan karyawan.
Dengan menggunakan teknologi dalam proses perekrutan, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dalam penerimaan karyawan dan mengurangi bias. Perusahaan dapat menggunakan aplikasi untuk mengelola pendaftaran dan CV kandidat serta untuk menilai kualitas karyawan dengan lebih objektif. Dengan melakukan ini, perusahaan dapat membuat keputusan perekrutan yang lebih cerdas yang mengarah pada hasil bisnis yang lebih baik. Sehingga, perusahaan dapat meningkatkan kesuksesan untuk jangka panjang.